2
888

Belajar Dari Kasus Kecelakaan Uje, Hilangkan Paradigma Jalan Sepi Itu Aman

GILAMOTOR.com. – Indonesia kehilangan sosok Ustadz Jeffry “Uje” Al-Buchori setelah mengalami kecelakaan maut di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan, Jum’at (26/4) dini hari tadi. Motor Kawasaki ER-6n tunggangan Uje bernomer B 3590 SGQ rusak parah setelah menabarak pohon. Dan Uje meninggal di lokasi kejadian.

Kasus kecelakaan yang dialami Uje hanya satu dari sekian banyak kasus kecelakaan serupa di jalan raya yang merenggut nyawa. Kecelakaan maut yang menimpa Uje juga bisa dijadikan pelajaran bagi para pengendara motor, karena banyak pemicu dan penyebab terjadinya kecelakaan.

Dikatakan penggiat dan praktisi keselamatan jalan raya sekaligus Chief Instructor Jakarta Defensive Driving Consultant (JDDC) Jusri Pulubuhu, bahwa kecelakaan terjadi karena gagalnya antisipasi yang dilakukan oleh seorang pengendara. “Banyak pemicu terjadinya kecelakaan, di antaranya kondisi fisik dan mental, infrastruktur dan paradigma berkendara itu sendiri,” jelas Jusri.

Lebih lanjut Jusri menjelaskan, ada pemicu kecelakaan yang tak tampak oleh mata, salah satunya adalah kondisi fisik. Kecelakaan yang menewaskan Uje terjadi di kisaran jam 2 pagi. Pada jam tersebut, kondisi biologis manusia umumnya sedang menurun. “Pada jam biologis seperti itu, otak mengalami kelelahan, butuh istirahat,” kata Jusri.

Mungkin, secara fisik, manusia terlihat segar apa lagi mereka yang sudah terbiasa tidur terlambat atau bergadang. Tapi tanpa disadari, respon dari otak akan melambat. “Jadi saat mengalami situasi tertentu, kemampuan untuk mengkoreksi tindakan atau kejadian menjadi lambat.”

Bicara masalah infrastruktur jalan, di jelaskan Jusri, lokasi terjadinya kecelakaan yang menimpa Uje juga banyak dialami pengendara lain di lokasi yang sama. Dan umumnya, kecelakaan terjadi pasa saat kondisi jalan sepi. Nah, paradikma orang saat dihadapkan pada kondisi jalan yang sepi adalah “Aman”. “Paradikma orang saat berkendara malam hari, jalan sepi dan saat lampu lalu lintas menyala hijau, adalah  aman. Kalau sudah berpikir aman lalu dipicu adrenaline, langsung ngebut. Tapi dia tidak mengantisipasi kondisi jalan di depan.”

Selain itu, kondisi jalan tempat kecelakaan Uje cendrung menikung dengan chamber negative, blind spot. “Kalau masalah blind spot mungkin sedikit tereliminasi karena dini hari jalanan sedang sepi, tapi kondisi chamber negative yang mungkin dilalui Uje, bisa jadi membuat dia kehilangan kendali. Saat melewati jalur itu, apa lagi dengan kecepatan tinggi ban akan kehilangan traksi dan motor akan sulit dikendalikan.”

Menurut Jusri, melewati jalur seperti itu dengan kecepatan 80 km per jam, terbilang sudah sangat tinggi. Karena itu Jusri menekankan, hilangkan paradigma yang salah kalau “jalan sepi itu aman”. “Jalan raya itu bukan tempat yang aman,” tegas Jusri.

Selain itu, banyak pengendara yang basic soft skill atau refrensi berkendaranya sangat kecil. “Banyak yang beranggapan kalau pengalaman berkendara yang didapat sejak lama itu adalah benar, jadi refrensi berkendara mereka hanya dari pengalaman saja, tanpa ada refrensi dari pelatihan.”

Karena itu, Jusri juga menekankan agar setiap pengendara punya keahlian berkendara yang bukan cuma didapat dari pengelaman berkendara saja, tapi juga dari pelatihan-pelatihan.

2 COMMENTS

  1. ku justru lebih hati2/pelan2 di jalan sepi, apalagi malam, khawatir ada yg ngebut kita gak bs antisipasi, kalau kita pelan, InsyaAllah msh bs pegang kendali. Selamat jalan ustad Uje, ustad yg baik, ku ingat prnah hadiri ceramah beliau di gunung putri, salah satu program dakwah beliau yg tanpa memungut bayaran. Semoga beliau mendapat t4 terindah di sisi Allah SWT, Aamiin..