1761
23870

Kang JJ Angkat Pamor Indonesia di Meksiko

GILAMOTOR.com – Masyarakat di Meksiko kini mengakui ketangguhan penjelajah Indonesia. Hal tersebut disampaikan langsung beberapa pimpinan kelompok pemotor (bikers), tokoh-tokoh masyarakat, dan media lokal di Meksiko kepada penjelajah dunia dengan sepeda motor seorang diri asal Bandung, Jawa Barat, Jeffrey Polnaja.

Bahkan Duta Besar Republik Indonesia untuk Meksiko Hamdani Djafar, menilai kehadiran Jeffrey di negara di benua Amerika Utara tersebut telah meningkatkan semangat persaudaraan dan mengangkat pamor Indonesia di dunia penjelajahan.

“Sungguh Jeffrey telah mengibarkan bendera Merah Putih di negeri ini, di mana penduduknya banyak yang belum mengenal Indonesia. Jeffrey tidak hanya mengharumkan nama Indonesia, tapi juga membuka mata publik Meksiko betapa pemuda-pemuda Indonesia merupakan sosok-sosok tangguh dan pantang menyerah,” ungkap Hamdani.

Di samping itu, Hamdani menambahkan, kehadiran pria yang dikenal dengan panggilan Kang JJ di Meksiko tersebut telah memberi warna bagi kehidupan masyarakat di sana. “Jeffrey juga hadir membawa pesan perdamaian yang mana hal itu sangat positif bagi Indonesia dan Meksiko yang ingin selalu bersahabat,” lanjutnya.

Jeffrey mulai menembus Meksiko melalui pintu masuk di Agua Prita (Black Water). Perjalanan itu dilakoni sejak awal November 2013 setelah menyelesaikan petualangan panjang selama lima bulan di Amerika Serikat yang berakhir di Arizona. Selama di Meksiko, Jeffrey yang masih menunggang sepeda motor besar BMW R 1150 GS bernomor polisi B 5010 JP, berkelana tak kurang dari 11.000 km mulai dari batas utara hingga selatan Meksiko.

Sedikitnya 20 dari 31 Daerah Persekutuan di Meksiko telah disinggahi penjelajah yang membawa pesan “Ride for Peace (RFP)” (Bermotor untuk Perdamaian) tersebut. Ke-12 daerah itu adalah Baja California, Sonora, Sonolia, Chihuahua, Durango, Zacatecas, Nayarit, Jalisco, Guanajuato, Mexico, Querretaro, Michuacan, Tlaxcala, Varacruz, Oaxaca, Tabasco, Chiapas, Campeche,  Yukatan dan Quintana Roo.

“Meksiko adalah penjelajahan yang panjang. Tantangan yang diberikan negara ini telah menguji fisik dan mental saya. Beruntung saya bisa menyelesaikan perjalanan dari utara hingga selatan tanpa masalah berarti,” kata Jeffrey yang tiba di persinggahan terakhir di Cancun, Quintana Roo pada pertengahan Desember 2013.

Publikasi luas yang dilakukan media-media setempat membuat namanya dikenal di hampir di seluruh pelosok Meksiko.

“Media di Meksiko sangat membantu penyebaran misi RFP. Hampir di setiap daerah yang saya masuki selalu ada media yang menanti, baik media cetak, internet, maupun televisi lokal. Mungkin itulah yang membuat orang-orang kerap menyapa saya di jalanan, dan terkadang memberi bantuan,” ucap Kang JJ.

Manfaat publikasi yang luas dari media juga setempat dirasakan Jeffrey manakala dirinya seharusnya terhenti untuk waktu yang sulit diukur akibat jalan ditutup untuk perbaikan. “Saat itu saya terjebak masuk ke dalam antrian panjang truk karena jalan ditutup. Tapi tiba-tiba ada petugas perbaikan jalan yang mengenali saya, dan dia tahu saya harus menembus daerah itu sebelum gelap. Secara istimewa, arus lalulintas dari arah sebaliknya ditutup, memberikan kesempatan kepada saya untuk melaluinya,” kenang Jeffrey.

Jeffrey merasa publikasi yang diberikan media di Meksiko terhadap dirinya merupakan salah satu yang terbesar dari serentetan negara-negara di Eropa, Asia, dan Amerika yang sudah disinggahi. Sebuah media televisi berjangkauan nasional bahkan telah memberi porsi lebih untuk memberitakan kehadiran Jeffrey di negara seluas hampir 2 juta kilometer persegi tersebut.

“Mereka memberi liputan perjalanan RFP hampir tiga menit di program berita harian. Kata teman di sana, jarang ada topik berita yang dikupas sepanjang itu di media televisi nasional, termasuk berita-berita tentang kegiatan presidennya,” ucapnya.

Meski begitu, Jeffrey menilai peliputan media yang besar juga telah meningkatkan resiko terhadap keselamatan jiwanya. Pasalnya, seperti diketahui, tingkat kriminalitas di Meksiko yang dilakukan kelompok-kelompok pengedar obat bius sangat tinggi dan tersebar di berbagai daerah. Sementara tak sedikit rute perjalanannya yang harus melewati merupakan daerah-daerah kriminal berbahaya.

“Ya, pelaku kriminal di Meksiko, khususnya dari anggota kartel obat bius, tidak pandang bulu. Mereka bersenjata. Kejahatan terhadap saya tentu punya nilai lebih yang bisa meningkatkan pamor kelompok yang melakukan kriminal.”

Karena besarnya ancaman tersebut Jeffrey seringkali mendapat masukan dari kolompok-kelompok pengendara sepeda motor untuk melakukan perjalanan yang aman. Presiden BMW Club Mexico, Ernesto Delamora menurunkan anggotanya untuk memantau dan memberi informasi guna memastikan keselamatannya.

“Kuncinya cuma satu, jangan berada di tempat dan waktu yang salah. Kejahatan terhadap diri saya bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Beruntung, teman-teman yang saya kenal di Meksiko banyak memberi masukan informasi dan terus memantau perjalanan saya,” ungkap Jeffrey.

Kendati secara keseluruhan misi RFP di Meksiko berlangsung sukses, namun beberapa masalah teknis pada sepeda motor sempat dialami Jeffrey. Terakhir, dan ini merupakan masalah terbesar yang membutuhkan waktu lama, adalah kerusakan pada sistem transmisi. Akibat kerusakan tersebut Jeffrey terpaksa harus menetap lebih lama di Cancun guna menunggu datangnya komponen pengganti.

“Cancun kota kecil. Di sini tidak tersedia dealer motor BMW dan mekanik ahli yang bisa membantu pengadaan transmisi pengganti. Satu-satunya cara hanya menunggu kiriman (transmisi) dari Amerika Serikat,” terangnya.

Sayangnya, kenyataan itu tak lantas menyelesaikan masalah. Momen kerusakan yang terjadi di musim liburan telah menambah masa tunggunya. “Kerusakan itu terjadi pada pertengahan Desember, di mana banyak orang sudah menjalani liburan. Saya baru bisa mendapat komponen pada pertengahan Januari ketika banyak orang di Meksiko sudah kembali bekerja.”

Meski begitu, akhirnya masalah teknis berhasil diselesaikan. Jeffrey pun kembali melanjutkan perjalanannya meninggalkan Meksiko dari Cancun. Kini, sejak awal Februari lalu, Jeffrey telah masuk ke Guatemala, negara yang bersebelahan dengan Meksiko. Dari negara kecil berpenduduk hanya sekitar 15 juta jiwa itu, Jeffrey akan melanjutkan perjalanan menembus Honduras, El Savador, Nikaragua, Kosta Rica, dan Panama. Jeffrey berharap misi RFP bisa berkibar di negara-negara tersebut sambil berharap do’a dari seluruh masyarakat di Tanah Air.