51
3844

Disep PJ : Salah Prediksi Malah Pergi Ke Jepang

Disep P.J Salah Jurusan Malah Pergi Ke Jepang
Saat mengenyam pendidikan di kelas 1 hingga kelas 3 di SMK YPJS II, Tasikmalaya, dirinya dilarang orang tua untuk ikut balapan motor. Pasalnya, saat baru saja menduduki kursi pendidikan tingkat SMK, dirinya mengalami kecelakaan hingga tangan kirinya patah.
“Sejak kelas 1 SMK saya beralih profesi sebagai pembalap sepeda BMX karena dilarang orang tua untuk balapan motor akibat kecelakaan dan patah tangan kiri saya,” jelas lelaki bernama lengkap Disep Priyadi Jaenudin.
Menurut lelaki kelahiran 10 September 1988 ini, kejuaran BMX yang diselenggarakan sebuah produsen rokok raksasa di Indonesia itu cukup mengobati kerinduan pada dunia road race, walau di hati terdalamnya mengatakan bahwa dirinya sangat ingin membalap dengan dukukan sponsor besar.
Hingga satu ketika dirinya melihat sebuah pengumuman di koran tentang sekolah untuk teknisi. Dirinya berpikir mungkin inilah jalan untuk mewujudkan impian.
Niat hati ingin jadi pembalap nasional, tapi nasib membawanya menjadi teknisi yang akan membawa nama Indonesia di pentas lomba teknisi dunia, World Technician Grand Prix di Jepang, pada 2012 mendatang.
Ya. Lelaki lulusan SMK Majelis Juan Pendidikan Swadya II, Tasikmalaya tahun 2007 silam ini sesungguhnya bercita-cita menjadi pembalap road race seperti rekan sekampungnya, Anggi Permana. Tapi karena salah prediksi tentang pengumuman di koran, dirinya justeru menyabet gelar teknisi Yamaha terbaik tingkat nasional.
“Waktu itu saya lihat di koran ada Yamaha Engineering School (YES), saya langsung mendaftar dengan harapan kelak Yamaha akan tahu kalau saya juga mahir balap dan saya diangkat menjadi rider Yamaha di ajang road race. Tapi ternyata saya menjadi teknisi di Yamaha,” jelas lelaki berdarah Sunda ini.
“Dengan mengikuti YES, saya berharap bisa dapet sponsor untuk menyalurkan hobi saya sebagai pembalap road race seperti teman saya Anggi Permana yang sudah sukses,” jelas anak kedua dari tiga bersaudara ini.
Dirinya mengikuti pendidikan teknisi YES pada tahun 2008 dan akhirnya bergabung menjadi teknisi Yamaha pada awal Maret 2009 di DDS Yamaha Jakarta.
Pada 2010, dirinya mendapat kesempatan untuk mengikuti kontes teknisi Yamaha berskala Nasional. Ajang Indonesian Techician Grand Prix 2010 yang digelar Yamaha untuk ke 11 kalinya, membawa namanya menjadi yang terbaik dari 9.800 perserta yang disaring dari seluruh wilayah di Indonesia.
Berkat jerih payahnya menekuni setiap ilmu yang diajarkan selama di YES dan menerapkannya dalam aktivitas kerja sebagai teknisi Yamaha di FSS Jakarta, Disep berhasil menyabet juara 1 dan akan membawa nama Indonesia di ajang World Technician Grand Prix di Jepang.
“Saya sangat senang dan bangga bisa mewakilkan Yamaha dan Indonesia di World Technician Grand Prix di Jepang pada 2012 nanti. Selain itu, saya juga senang bisa membuat orang tua saya bangga dengan prestasi yang saya raih ini,” ungkap lelaki yang mengaku tak menyesal karena salah prediksi mengikuti YES.
“Saya tidak menyesal karena harus jauh dari dunia balap. Jika memang ini adalah jalannya, saya terima dengan senang hati dan saya menikmati pekerjaan ini. Dan kabar baiknya, Yamaha tidak melarang saya untuk membalap jika ada kejuaran lagi. Itu berarti saya masih bisa menyalurkan hobi saya,” ungkap anak laki satu-satunya dari 3 bersaudara ini.

GilaMotor. – Saat mengenyam pendidikan di kelas 1 hingga kelas 3 di SMK YPJS II, Tasikmalaya, dirinya dilarang orang tua untuk ikut balapan motor. Pasalnya, saat baru saja menduduki kursi pendidikan tingkat SMK, dirinya mengalami kecelakaan hingga tangan kirinya patah.

“Sejak kelas 1 SMK saya beralih profesi sebagai pembalap sepeda BMX karena dilarang orang tua untuk balapan motor akibat kecelakaan dan patah tangan kiri saya,” jelas lelaki bernama lengkap Disep Priyadi Jaenudin.

Menurut lelaki kelahiran 10 September 1988 ini, kejuaran BMX yang diselenggarakan sebuah produsen rokok raksasa di Indonesia itu cukup mengobati kerinduan pada dunia road race, walau di hati terdalamnya mengatakan bahwa dirinya sangat ingin membalap dengan dukungan sponsor besar.

Hingga satu ketika dirinya melihat sebuah pengumuman di koran tentang sekolah untuk teknisi. Dirinya berpikir mungkin inilah jalan untuk mewujudkan impian.

Niat hati ingin jadi pembalap nasional, tapi nasib justeru membawanya menjadi teknisi yang akan membawa nama Indonesia di pentas lomba teknisi dunia, World Technician Grand Prix di Jepang, pada 2012 mendatang.

Ya. Lelaki lulusan SMK Majelis Juan Pendidikan Swadya II, Tasikmalaya tahun 2007 silam ini sesungguhnya bercita-cita menjadi pembalap road race seperti rekan sekampungnya, Anggi Permana. Tapi karena salah prediksi tentang pengumuman di koran, dirinya justeru menyabet gelar teknisi Yamaha terbaik tingkat nasional.

“Waktu itu saya lihat di koran ada Yamaha Engineering School (YES), saya langsung mendaftar dengan harapan kelak Yamaha akan tahu kalau saya juga mahir balap dan saya diangkat menjadi rider Yamaha di ajang road race. Tapi ternyata saya menjadi teknisi di Yamaha,” jelas lelaki berdarah Sunda ini.

“Dengan mengikuti YES, saya berharap bisa dapet sponsor untuk menyalurkan hobi saya sebagai pembalap road race seperti teman saya Anggi Permana yang sudah sukses,” terang anak kedua dari tiga bersaudara ini.

Dirinya mengikuti pendidikan teknisi YES pada tahun 2008 dan akhirnya bergabung menjadi teknisi Yamaha pada awal Maret 2009 di DDS Yamaha Jakarta.

Pada 2010, dirinya mendapat kesempatan untuk mengikuti kontes teknisi Yamaha berskala Nasional. Ajang Indonesian Techician Grand Prix 2010 yang digelar Yamaha untuk ke 11 kalinya, membawa namanya menjadi yang terbaik dari 9.800 perserta yang disaring dari seluruh wilayah di Indonesia.

Berkat jerih payahnya menekuni setiap ilmu yang diajarkan selama di YES dan menerapkannya dalam aktivitas kerja sebagai teknisi Yamaha di FSS Jakarta, Disep berhasil menyabet juara 1 dan akan membawa nama Indonesia di ajang World Technician Grand Prix di Jepang.

“Saya sangat senang dan bangga bisa mewakilkan Yamaha dan Indonesia di World Technician Grand Prix di Jepang pada 2012 nanti. Selain itu, saya juga senang bisa membuat orang tua saya bangga dengan prestasi yang saya raih ini,” jelas lelaki yang mengaku tak menyesal karena salah prediksi mengikuti YES.

“Saya tidak menyesal karena harus jauh dari dunia balap. Jika memang ini adalah jalannya, saya terima dengan senang hati dan saya menikmati pekerjaan ini. Dan kabar baiknya, Yamaha tidak melarang saya untuk membalap jika ada kejuaran lagi. Itu berarti saya masih bisa menyalurkan hobi saya,” ungkap anak laki satu-satunya dari 3 bersaudara ini.

Penulis/Foto : Jay